NERACA
Banyuwangi - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono menegaskan bahwa investasi dalam sektor peternakan sapi yang sedang berjalan saat ini akan melibatkan peternak sapi lokal.
Menurut Sudaryono atau yang akrab disapa Mas Dar, hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan peternak Indonesia, serta memastikan keberlanjutan dan ketahanan pasokan daging dalam negeri.
“Investasi besar yang dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan daging dalam negeri akan mengedepankan kemajuan peternak Indonesia. Kami akan mendukung mulai dari perizinan hingga penyerapan produk peternakan, baik untuk perusahaan besar, kecil, hingga koperasi,” ujar Mas Dar saat meninjau PT Bumi Rojo Koyo di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Mas Dar menambahkan bahwa pemerintah telah memperkenalkan peraturan yang memudahkan investasi di sektor peternakan, termasuk untuk pengusaha lokal dan asing.
Salah satu langkah penting adalah mendatangkan sapi dari luar negeri, terutama dari Brasil, yang memiliki populasi sapi besar dan cocok dengan kondisi tropis Indonesia.
“Peraturan Pemerintah (PP) sudah memungkinkan untuk mendatangkan sapi dari Brasil, karena negara ini memiliki populasi sapi yang sangat besar, sekitar 200 ribu ekor. Sapi di Brasil juga memiliki sifat tropis yang lebih cocok dengan iklim Indonesia,” jelas Mas Dar.
Selain itu, impor sapi dari Brasil memiliki keunggulan tersendiri, yakni kepastian bahwa sapi yang diimpor bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), karena Brasil sudah menjadi zona bebas PMK.
“Brasil adalah negara yang siap mengekspor sapi sehat, tanpa kekhawatiran terhadap penyebaran PMK,” jelas Mas Dar.
Mas Dar juga menekankan bahwa langkah-langkah ini merupakan bagian dari kesiapan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan daging dalam negeri, termasuk mendukung program makan bergizi gratis yang akan dimulai pada bulan ini. Program ini membutuhkan bahan baku dalam skala besar, yang salah satunya akan dipenuhi melalui peningkatan produksi peternakan sapi.
Dengan adanya kolaborasi antara pemerintah, peternak lokal, dan investasi swasta, Mas Dar berharap sektor peternakan sapi Indonesia dapat berkembang pesat dan meningkatkan kesejahteraan peternak, sambil memastikan ketahanan pangan yang lebih baik bagi masyarakat.
Lebih lanjut, berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada 2022, konsumsi protein per kapita masyarakat Indonesia sudah berada di atas standar kecukupan konsumsi protein nasional, yaitu 62,21 gram. Kendati demikian, angka tersebut masih cukup rendah untuk protein asal hewani, yakni kelompok ikan/udang/cumi/kerang 9,58 gram, daging 4,79 gram, telur dan susu 3,37 gram. Padahal, protein hewani mampu menekan prevalensi stunting pada anak, di mana pada 2023 lalu dilaporkan prevalensinya 21,53%.
Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana menyebutkan bahwasanya program MBG ini adalah investasi besar-besaran oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk SDM masa depan. Tentu saja komponen utama dalam MBG adalah protein, khususnya berasal dari hewani.
“Nilai tukar pangan itu 110, jadi masih sedikit. Kemudian yang terbaik itu adalah nilai tukar tanaman perkebuban rakyat yang sampai 156. Sementara nilai tukar peternakan itu 102,34 yang menurut saya termasuk masih perlu ditingkatkan. Mudah-mudahan dengan kehadiran Badan Gizi Nasional, dapat meningkatkan nilai tukar peternakan, sebab Badan Gizi Nasional akan menkadi offtaker terdepan bagi produk-produk peternakan,” ungkap Dadan.
Direktur Eksekutif Indonesia Food Security Review, I Dewa Made Agung Kertha Nugraha menjelaskan, status perbandingan kecukupan konsumsi rata-rata makronutrien orang Indonesia per hari dibandingkan dengan anjuran WHO (World Health Organization) dengan negera lain. Jika dibandingkan dengan anjuran WHO, rata-rata orang Indonesia masih kekurangan protein 1,8 kg setiap tahunnya. Sebaiknya, orang Indonesia memiliki kelebihan konsumsi karbohidrat dan lemak. Sementara untuk daging dan serat, masih kurang dibandingkan dengan anjuran WHO.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyatakat Universitas Indonesia, Prof Sandra Fikawati menuturkan bahwa dalam meningkatkan konsumsi pangan sumber protein hewani (ikan, daging, daging ayam, dan susu) di Indonesia, perlu adanya suatu pembenahan dalam stabilitas harga. Khususnya harga bahan pangan sumber protein hewani dan adanya peningkatan edukasi dalam pentingnya mengonsumsi makanan sumber protein hewani.
NERACA Jakaarta – Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Detasemen Khusus (Densus 88) Anti Teror Mabes Polri sepakat akan memperkuat kerjasama dengan…
NERACA Jakarta – Memasuki tahun 2025, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyiapkan langkah strategis menuju pencapaian swasembada garam nasional. Dukungan…
NERACA Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia pada November 2024 mencatat surplus USD4,42 miliar atau mencatatkan surplus berturut-turut selama 55 bulan…
NERACA Jakaarta – Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Detasemen Khusus (Densus 88) Anti Teror Mabes Polri sepakat akan memperkuat kerjasama dengan…
NERACA Jakarta – Memasuki tahun 2025, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyiapkan langkah strategis menuju pencapaian swasembada garam nasional. Dukungan…
NERACA Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia pada November 2024 mencatat surplus USD4,42 miliar atau mencatatkan surplus berturut-turut selama 55 bulan…