Dibalik pertumbuhan industri pasar modal, rupanya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih mencatat beberapa perusahaan tercatat yang melanggar aturan. Alhasil, lembaga regulator menjatuhkan sanksi administratif sebesar Rp3,6 triliun kepada sejumlah emiten per Desember 2024,”Dalam rangka penegakan ketentuan dan perlindungan konsumen di bidang pasar modal per Desember 2024, OJK telah mengenakan sanksi administratif berupa denda,”kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi di Jakarta, Selasa (7/1).
Dirinya memerinci bahwa denda itu dijatuhkan kepada 7 emiten, 8 direksi emiten, 3 komisaris emiten, 2 penilai, dan 2 akuntan publik. Untuk mendukung pengembangan industri, otoritas telah menerbitkan beberapa regulasi penting seperti POJK No. 18/2024 tentang penyedia likuiditas, dan POJK No. 32/2024 tentang pengembangan dan penguatan pengelolaan investasi di pasar modal. “Dan juga POJK No. 45/2024 tentang pengembangan dan penguatan emiten, serta juga perusahaan publik sebagai turunan Undang-undang P2SK [Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan],”ujar Inarno.
Disampaikannya pula, kondisi pasar modal Indonesia sepanjang 2024. Dari sisi pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir di level 7.079,91 sampai dengan 30 Desember 2024. Posisi tersebut mencerminkan koreksi sebesar 0,48% month to date (MtD) dan turun 2,65% secara year to date (YtD). Meski demikian, kapitalisasi pasar menunjukkan tren positif dengan peningkatan sebesar 5,74% YtD sebesar Rp12.336 triliun.
Di pasar obligasi, Indeks Pasar Obligasi ICBI melemah sebesar 0,12% MtD, tetapi membukukan kenaikan sebesar 4,82% YtD menuju level 392,66. Untuk sektor pengelolaan investasi, nilai asset under management (AUM) mencapai Rp839,39 triliun, turun 0,55% MtD. Namun, sepanjang tahun berjalan tumbuh 1,78%. Adapun, reksa dana mencatatkan net subscription sebesar Rp5,05 triliun secara MtD, tetapi secara ytd terdapat net redemption sebesar Rp1,82 triliun.
Inarno menyampaikan bahwa penghimpunan dana di pasar modal juga menunjukkan tren positif, dengan nilai penawaran umum mencapai Rp259,24 triliun sepanjang 2024. “[Dari jumlah tersebut] di antaranya merupakan 43 emiten baru yang melakukan fundraising dan penawaran umum dengan nilai mencapai Rp17,28 triliun melalui IPO saham dan penerbitan EBUS,”katanya.
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar pernah bilang, pihaknya akan terus memperkuat integritas pasar modal Indonesia pada 2025, sebagai upaya melindungi investor pasar modal, khususnya ritel. Seiring dengan itu, OJK membutuhkan dukungan dari pemerintah, di antaranya penyempurnaan kerangka pengaturan di sektor keuangan, seperti penyelesaian produk turunan Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK)."Penguatan integritas pasar akan terus dilakukan melalui penegakan hukum yang tegas dan persisten, terutama untuk melindungi investor ritel dari saham-saham dengan pergerakan yang tidak wajar," ujar Mahendra.
Perusahaan asuransi PT. Great Eastern General Insurance Indonesia (PT. GEGII) kembali dihukum oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta untuk membayar klaim…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mengundang para arsitek Indonesia untuk menciptakan ide-ide terbaik dalam desain rumah subsidi berlandaskan…
NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (7/1) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…
Perusahaan asuransi PT. Great Eastern General Insurance Indonesia (PT. GEGII) kembali dihukum oleh Pengadilan Tinggi DKI Jakarta untuk membayar klaim…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mengundang para arsitek Indonesia untuk menciptakan ide-ide terbaik dalam desain rumah subsidi berlandaskan…
NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (7/1) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…