NERACA
Jakarta - Danai ekspansi bisnisnya, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan anak perusahaan PT Smart Telecom (Smartel) dengan kepemilikan 99% saham menandatangani perjanjian kredit sindikasi senilai maksimum Rp10 triliun dengan beberapa bank dan lembaga pembiayaan lokal pada 14 November 2024.
James Wewengkang, Sekretaris Perusahaan FREN dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin mengemukakan, sindikasi perbankan dan lembaga pembiayaan yang dipimpin oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), yang bertindak sebagai Original Mandated Lead Arranger and Bookrunner). Sedangkan anggota sindikasi, terdiri atas PT Bank Digital BCA, PT Bank Permata Tbk (BNLI), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), dan PT Indonesia Infrastructure Finance. Bank BCA bertindak sebagai agen fasilitas dan agen jaminan.
Menurut James, fasilitas pinjaman ini berjangka waktu tujuh tahun dengan tingkat bunga 3 month JIBOR + margin tertentu. “Dana pinjaman ini akan digunakan untuk pembiayaan kembali (refinancing) pinjaman perseroan dan Smartel kepada Bank Sindikasi (Fasilitas Kredit Eksisting), pembiayaan untuk lelang spektrum pita frekuensi, dan/atau belanja modal Perseroan dan/atau Smartel,”ujarnya.
James mengatakan, kredit sindikasi ini memiliki tingkat bunga yang lebih kompetitif jika dibandingkan dengan Fasilitas Kredit Eksisting. Selain itu, lanjutnya, perseroan dan Smartel akan mendapatkan tambahan dana untuk belanja modal dalam rangka pengembangan jaringan dan peningkatan layanan yang diharapkan akan mendukung perkembangan usaha Perseroan dan Smartel.
Transaksi ini, menurut James, bukanlah merupakan transaksi afiliasi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan OJK No. 42/POJK.04/2020 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan. Sekedar informasi, jumlah liabilitas FREN per September 2024 sebesar Rp20,76 triliun, turun 29,29% dari Rp29,37 triliun per Desember 2023. Ini terdiri atas liabilitas lancar sebesar Rp5,51 triliun dan liabilitas tidak lancar sebesar Rp15,25 triliun. Total ekuitas FREN per September 2024 sebesar Rp21,73 triliun.
Pada Januari-September 2024, FREN masih menderita kerugian sebesar Rp1,07 triliun. Nilai kerugian emiten jasa telekomunikasi tersebut membengkak 68% jika dibandingkan rugi Rp599,63 miliar pada Januari-September 2023.
Perkuat likuiditas guna mendanai ekspansi bisnisnya, PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) akan memperoleh pinjaman maksimal Rp1,25 triliun dari PT…
NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (18/11) sore awal pekan kemarin, indeks harga saham…
NERACA Jakarta -Pacu pertumbuhan bisnisnya, PT Arsy Buana Travelindo Tbk (HAJJ) membidik mengelola 5.000 kamar hotel di Mekah dan Madinah…
Perkuat likuiditas guna mendanai ekspansi bisnisnya, PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) akan memperoleh pinjaman maksimal Rp1,25 triliun dari PT…
NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (18/11) sore awal pekan kemarin, indeks harga saham…
NERACA Jakarta -Pacu pertumbuhan bisnisnya, PT Arsy Buana Travelindo Tbk (HAJJ) membidik mengelola 5.000 kamar hotel di Mekah dan Madinah…