Kesadaran masyarakat, khususnya generasi milenial terhadap isu lingkungan dan penggunaan energi ramah lingkungan cukup tinggi. Mereka aktif melakukan penghematan energi di rumah dan kantor, dan memahami alasannya. Selain itu, mereka juga mencari informasi sendiri untuk memahami dampak lingkungan dari penggunaan energi. Di sektor properti, milenial dan gen Z menjadi penggerak utama dalam permintaan properti ramah lingkungan.
Menurut laporan dari Knight Frank, generasi ini menunjukkan minat yang besar terhadap hunian yang mengedepankan keberlanjutan dan efisiensi energi. Properti dengan konsep hijau, seperti penggunaan panel surya, sistem daur ulang air, dan material bangunan yang ramah lingkungan, kini menjadi pilihan utama di pasar. Tren ini didorong oleh kesadaran milenial akan perubahan iklim serta kebutuhan untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Wakil Ketua Umum DPP Realestat Indonesia (REI), Ikang Fawzi mengatakan, potensi pasar milenial di Indonesia sangat besar. “Milenial menyukai perumahan berbasis transportasi massal, milenial juga semakin peduli dengan isu lingkungan. Maka tak heran penjualan properti ramah lingkungan di kawasan perkotaan meningkat dalam dua tahun terakhir,”ungkapnya.
Terlebih pasca pandemi, penerapan green development atau sustainable development di kawasan perumahan makin diminati. Hal itu dipahami betul oleh pengembang sebagai kebutuhan pasar. Jika sebelumnya konsumen mencari rumah lebih memerhatikan aspek keindahan, keamanan dan kenyamanan, sekarang konsumen justru mengedepankan kesehatan, terutama soal pencahayaan dan kualitas udara, pengelolaan air bersih serta lingkungan yang sehat.
Sementara Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat mengatakan kesadaran akan hunian hijau saat ini sudah semakin baik terutama dengan kehadiran beberapa produk hunian hijau yang dikembangkan oleh developer di berbagai kota besar. Knight Frank mencatat lebih dari 60% kalangan milenial dan generasi Z memilih hunian berdasarkan faktor keberlanjutan. Hal ini bergeser dalam preferensi pasar dibandingkan dekade sebelumnya. Hunian berkonsep hijau kian tahun kian bertambah popularitasnya meskipun harganya relatif lebih tinggi.
Menurut konsultan real estat global JLL (NYSE: JLL), sebanyak 87% dari pengguna bangunan yang disurvei di Asia Pasifik menginginkan portofolio yang 100% bersertifikasi hijau pada tahun 2030 atau naik sebesar 4% dari kondisi saat ini. Sentimen tersebut terjadi pada sejumlah negara, seperti India, Malaysia, dan Thailand, dimana lebih dari 95% penghuni menargetkan portofolio yang sepenuhnya bersertifikasi hijau.
Prisca Winata, Senior Sustainability Manager JLL Indonesia menuturkan, permintaan akan properti ramah lingkungan di Indonesia terus meningkat. Pada kuartal keempat tahun 2023, misalnya. Sebanyak 54% bangunan grade A di Jakarta sudah bersertifikat hijau. Berangkat dari hal tersebut, kalangan pengembang properti masif membangun kawasan hunian ramah lingkungan. Hal ini seiring peningkatan kesadaran konsumen terhadap properti ramah lingkungan dan juga upaya sektor properti untuk mengurangi emisi karbon yang menyebabkan perubahan iklim.
Terlebih, Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai target emisi nol bersih pada 2060 atau bahkan lebih cepat. Upaya itu perlu ditindaklanjuti pemangku kepentingan termasuk pengembang dalam menekan emisi karbon. Berdasarkan data Green Building Council Indonesia (GBCI), proses konstruksi sebuah bangunan mengkonsumsi 35% energi dan 12% air, menghasilkan 25% sampah serta mengeluarkan 39% emisi gas rumah kaca. Setelah pembangunan selesai, operasionalisasi bangunan bertingkat itu berkontribusi tiga besar teratas produksi emisi karbondioksida (CO2).
Sementara berdasarkan laporan Climate Transparency: Laporan Membandingkan Aksi Iklim G20 Menuju Zero Net tahun 2021, sektor bangunan menyumbang 39% dampak emisi karbon terhadap perubahan iklim yang bersumber dari pembakaran bahan bakar untuk pembangunan hingga jaringan listrik dan peralatan rumah tangga.
Ya, konsep bangunan hijau yang berperan sentral dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup penghuninya tidak hanya sekedar konsep dari bahan bakunya yang ramah lingkungan tetapi juga pemanfaatan konsumsi energi listrik yang digunakan juga ramah lingkungan.
Hal inilah yang dilakukan perusahaan properti, Sinar Mas Land yang telah memanfaatkan energi hijau (energi baru terbarukan/EBT) yang mengantongi sertifikat energi hijau (renewable energy certificate/REC) dari PT PLN (Persero).
Sebanyak lima gedung milik Sinar Mas Land telah mengantongi REC dari PLN. Kelima gedung itu yakni Sinar Mas Land Plaza Thamrin, Sinar Mas Land Plaza BSD City, My Republic Plaza BSD City, Green Office Park 1 BSD City, dan Green Office Park 9 BSD City. Untuk tahap awal, ppenyediaan sebesar 613 mWh secara bertahap akan tercapai 100% pembelian REC pada Januari 2025 mendatang.
Chief Risk & Sustainability Officer Sinarmas Land Muhammad, Reza Abdulmajid mengatakan, pembelian REC ini menjawab desakan masyarakat terhadap perusahaan yang menjalankan proses bisnis yang berkelanjutan juga semakin tinggi. “Sebelumnya, Sinarmas Land juga telah melakukan upaya dekarbonisasi melalui implementasi green building yang dapat memberikan efisiensi energi cukup besar serta instalasi solar panel di sejumlah gedung komersial,”ujarnya.
Penggunaan listrik hijau yang ramah lingkungan dari PT PLN Persero, lanjutnya, diharapkan dapat mencapai target dekarbonisasi perusahaan sebesar 35% dari sektor energi pada tahun 2034 mendatang atau setara dengan 35.476,10 ton C02e. "Inisiatif ini juga akan mendukung komitmen perusahaan untuk mencapai net zero pada tahun 2060," ujar Reza.
Executive Vice President Penjualan dan Pelayanan Pelanggan Enterprise PLN, Abdul Farid bilang, beberapa korporasi yang sudah membeli REC di sektor properti yaitu Sinar Mas Land mencakup PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) dan PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS). Selain itu, anak usaha PT Surya Semesta Internusa (SSIA) yaitu PT Suryacipta Swadaya selaku pengembang kawasan industri, Suryacipta Karawang dan Subang Smartpolitan.
Kemudian ada pengusaha di sektor kontraktor perumahan PT Almas Berkah Mandiri (pengembang Griya Araz dan Araz Residen), PT Karisma Langit Nusantara (pengembang perumahan Green Nusantara Residen 3), dan Negeri Cinta Property Developer juga turut mendorong penggunaan energi hijau melalui REC PLN. "Intinya beberapa pengembang sudah mulai menunjukkan keseriusannya pada kami baik secara konsep REC ini atau lebih serius lagi ke dedicated power plants, untuk bekerja sama mewujudkan net zero emission 2060," kata Farid.
Kolaborasi Transisi Energi
Di sektor korporasi, Merck sebagai perusahaan sains dan teknologi terkemuka telah mengambil inisiatif untuk membeli Sertifikat Energi Terbarukan atau Renewable Energy Certificate dari PT PLN (Persero). Dengan langkah ini, Merck akan meningkatkan portofolio energi listrik berasal dari energi terbarukan hingga 40% pada tahun 2026. Hal ini mencerminkan kontribusi signifikan perusahaan dalam mendukung agenda energi bersih di Indonesia yang sejalan dengan salah satu target keberlanjutan Merck Group, yaitu mengurangi jejak ekologisnya.“Dengan langkah-langkah ini, Merck semakin memperkuat komitmen dalam penggunaan energi terbarukan dan pengurangan emisi karbon di Indonesia. Upaya ini juga menegaskan dukungan kami terhadap target pemerintah dalam mencapai pengurangan emisi dan menuju NZE pada tahun 2060,”kata Arryo Aritrixso Wachjuwidajat, Site Director PT Merck Tbk.
Sementara Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Darmawan Prasodjo menyampaikan apresiasi kepada Sinarmas Land dan Merck sebagai pelanggan PLN yang telah mendukung program transisi energi bersih dengan pemanfaatan REC. Kolaborasi ini menjadi bukti bahwa semakin banyak perusahaan yang bergerak ke arah industri hijau dengan mencari sumber energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. “REC merupakan salah satu inovasi produk hijau PLN untuk mempermudah pelanggan dalam mendapatkan pengakuan atas penggunaan EBT yang transparan, akuntabel, dan diakui secara internasional tanpa harus mengeluarkan biaya investasi untuk pembangunan infrastruktur,”ungkapnya.
Tidak hanya sektor properti, lanjut Darmawan, PLN siap mendistribusikan energi bersih untuk mendukung pengembangan bisnis pusat data (data center) di Indonesia. Apalagi, diperkirakan pasar data center global akan tumbuh US$ 39,7 miliar hingga tahun 2032 dengan peningkatan per tahun sebesar 4,8%. Sementara di Indonesia pasar pusat data memberi peluang ekonomi hingga US$ 3,37 miliar.
Disampaikan Darmawan, PLN siap mendukung upaya pemerintah untuk menyukseskan tumbuhnya bisnis data center di Indonesia. PLN memastikan siap menjawab kebutuhan energi yang andal, terjangkau dan ramah lingkungan untuk data center. “Listrik kami hari ini jauh lebih andal dibandingkan empat tahun lalu. Pasokan listrik di seluruh sistem kelistrikan kini dalam kondisi cukup. Kami juga memiliki pembangkit EBT yang bisa memenuhi kebutuhan data center,”ucapnya.
Darmawan juga memastikan pihaknya siap memenuhi kebutuhan listrik dengan tingkat keandalan tinggi. “Kami siap memasok listrik untuk data center minimal dari dua sumber gardu induk yang berbeda. Sehingga jika satu gardu induk terjadi pemeliharaan atau gangguan, masih ada back up pasokan listrik dari gardu induk lainnya,” tambah Darmawan.
Tidak hanya listrik yang andal, pihaknya pun siap menghadirkan listrik bersih bagi data center. Saat ini pihaknya telah memiliki layanan green energy as a service untuk memenuhi kebutuhan pelanggan akan energi bersih. PLN menyediakan Renewable Energy Certificate. Pembangkit-pembangkit yang berbasis pada energi bersih yang sudah ditracking produksinya dan bisa dimanfaatkan penggunaannya melalui REC.
Tracking ini dilakukan oleh lembaga internasional, sehingga produk ini juga diakui di tingkat global. Harganya pun sangat kompetitif dibandingkan di Singapura atau Malaysia."Kami juga siap jika pelanggan membutuhkan listrik EBT dari pembangkit baru yang khusus untuk pelanggan tersebut,” kata dia.
Untuk memenuhi kebutuhan energi bersih ke depan, pihaknya bersama pemerintah tengah menyusun perencanaan di mana penambahan pembangkit listrik hingga tahun 2033 sebesar 75% akan berasal dari energi baru terbarukan, sementara 25% akan berasal dari gas alam. Dengan ekosistem energi yang ramah lingkungan, Darmawan optimistis Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara lain di kawasan.
Hingga September 2024, layanan listrik hijau REC PLN telah dinikmati ribuan pelanggan dengan total 9.776 transaksi yang penjualannya mencapai 4,01 juta Megawatt hours (MWh). Angka ini menunjukkan pertumbuhan signifikan dibanding periode yang sama di tahun 2023 yang mencapai 2.554 transaksi dengan penjualan sebesar 2,33 juta MWh. Pertumbuhan ini mencerminkan komitmen kuat PLN dalam mendukung transisi energi hijau melalui peningkatan penggunaan sertifikat energi terbarukan di Indonesia.
Darmawan menambahkan, pihaknya akan terus meningkatkan kapasitas energi bersih untuk memenuhi permintaan listrik hijau untuk industri yang semakin tinggi.”Dalam hal ini kami juga telah berhasil menambah dua pembangkit sebagai sumber REC. Sehingga saat ini kami memiliki 8 pembangkit yang dapat menerbitkan REC dengan kapasitas produksi mencapai 4,7 juta unit REC atau 4,7 TWh per tahun dan jumlah tersebut akan terus bertambah,” jelas Darmawan.
Adapun dua pembangkit sumber REC yang berhasil ditambah PLN tahun ini ialah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulumbu di Nusa Tenggara Timur dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Orya Genyem di Papua. Dua pembangkit berbasis EBT di atas telah bergabung dengan 6 pembangkit lain yang selama ini telah menyuplai listrik hijau REC PLN yaitu PLTP Ulubelu, PLTA Cirata, PLTP Kamojang, PLTM Lambur, PLTA Bakaru, dan PLTP Lahendong.
Pekan Raya Jawa Timur (PRJ) 2024 yang digelar pada 18 hingga 27 Oktober 2024 lalu di Grand City Convention &…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) meluncurkan Kartu Debit BTN Prospera sebagai bentuk apresiasi bagi nasabah khususnya yang masuk…
NERACA Jakarta – Pacu pertumbuhan volume produksi batu bara, PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) sebagai pembeli dan PT Merge…
Pekan Raya Jawa Timur (PRJ) 2024 yang digelar pada 18 hingga 27 Oktober 2024 lalu di Grand City Convention &…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) meluncurkan Kartu Debit BTN Prospera sebagai bentuk apresiasi bagi nasabah khususnya yang masuk…
Kesadaran masyarakat, khususnya generasi milenial terhadap isu lingkungan dan penggunaan energi ramah lingkungan cukup tinggi. Mereka aktif melakukan penghematan energi di rumah…