Saat menyampaikan pidato kemenangannya (5/11), Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjanji antara lain memanfaatkan sumber daya minyak di negaranya yang terbesar di dunia, sehingga Trump akan stop impor minyak dari Rusia dan Arab. Apakah ini berdampak bagi kondisi harga minyak dunia dan ekonomi dunia di masa depan?
Nah, bila AS secara besar-besaran mengeksplorasi dan mengeksploitasi cadangan minyaknya yang konon terbesar di dunia, kebijakan ini akan memiliki beberapa dampak signifikan pada harga minyak dunia dan ekonomi global sebagai berikut:
Tekanan pada harga minyak Global. Produksi minyak yang lebih tinggi dari AS kemungkinan akan menambah pasokan minyak global. Kelebihan pasokan ini dapat menurunkan harga minyak dunia, terutama jika permintaan tetap atau menurun. Ini bisa menguntungkan sejumlah negara konsumen, karena harga bahan bakar akan lebih murah. Namun, harga yang rendah dapat merugikan banyak negara produsen minyak yang mengandalkan harga minyak tinggi untuk menjaga stabilitas ekonomi mereka, seperti beberapa negara di Timur Tengah dan Rusia.
Dampak terhadap produsen minyak lainnya. Jika AS meningkatkan produksinya, negara-negara produsen minyak lainnya terutama anggota OPEC, mungkin merasa terdesak untuk menurunkan produksinya guna menjaga harga stabil. Namun yang sering kali menjadi dilema, karena berkurangnya produksi juga berarti berkurangnya pendapatan. Jika mereka tetap memproduksi pada tingkat yang sama, persaingan bisa memicu perang harga, yang dapat memperburuk situasi harga rendah.
Dampak terhadap pasar energi global. Selain minyak, peningkatan produksi minyak di AS dapat memengaruhi investasi di sektor energi terbarukan. Harga minyak yang rendah cenderung membuat energi terbarukan menjadi kurang menarik secara ekonomi. Hal ini dapat memperlambat transisi global ke energi bersih, terutama jika investasi di energi terbarukan dianggap kurang menguntungkan dibandingkan dengan energi fosil.
Kemudian dampak ekonomi global lainnya. Di satu sisi, harga minyak yang lebih rendah dapat menguntungkan negara-negara importir minyak besar seperti China, India, dan negara-negara Eropa, karena dapat mengurangi biaya impor energi dan mengurangi tekanan inflasi. Namun, bagi negara-negara yang perekonomiannya sangat bergantung pada ekspor minyak, seperti Venezuela dan beberapa negara Teluk, kebijakan ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi mereka, meningkatkan defisit anggaran, atau bahkan memicu krisis ekonomi dalam jangka panjang.
Tidak hanya itu. Dampak lingkungan dan perubahan iklim dipastikan terjadi. Eksploitasi minyak yang lebih besar dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca, memperburuk perubahan iklim. AS sebagai salah satu penghasil emisi terbesar di dunia akan berkontribusi pada penambahan emisi ini, terutama jika tidak disertai dengan kebijakan lingkungan yang ketat.
Secara keseluruhan, kebijakan ini dapat menciptakan dinamika ekonomi global yang beragam. Dalam jangka pendek, mungkin ada penurunan harga minyak, tetapi ketegangan politik dan ekonomi bisa muncul antara negara-negara produsen minyak besar. Dalam jangka panjang, transisi energi bersih mungkin akan tertunda, dan potensi kerusakan lingkungan akan semakin besar.
Di sisi lain, Slogan “America First” dari Donald Trump memiliki makna bahwa kebijakan pemerintah AS akan mengutamakan kepentingan dan keuntungan nasional AS dalam semua aspek, termasuk ekonomi, perdagangan, dan hubungan luar negeri. Slogan ini memiliki beberapa implikasi besar:
Kebijakan ekonomi dan proteksionisme. Kebijakan ekonomi dengan prinsip "America First" akan mendorong penguatan ekonomi domestik AS melalui peningkatan produksi dan penyerapan tenaga kerja dalam negeri. Untuk itu, Trump menerapkan sejumlah langkah proteksionis seperti tarif impor yang tinggi terhadap produk-produk dari negara lain, termasuk China, Meksiko, dan Uni Eropa. Tujuannya adalah untuk mengurangi ketergantungan pada barang impor dan mendorong perusahaan-perusahaan untuk memproduksi di dalam negeri. Meski menguntungkan industri AS tertentu, kebijakan ini juga memicu perang dagang, yang berdampak pada harga konsumen dan memengaruhi ekonomi global.
Kemudian kebijakan luar negeri berbasis kepentingan ekonomi. Makna slogan "America First" dalam kebijakan luar negeri juga terlihat jelas dalam orientasi Trump terhadap kepentingan ekonomi. Kehadiran Amerika di negara-negara lain lebih difokuskan pada keuntungan ekonomi langsung bagi AS, seperti keuntungan dalam perdagangan dan akses energi. Contohnya, Trump menarik AS dari beberapa perjanjian internasional, seperti Perjanjian Paris dan Trans-Pacific Partnership (TPP), karena dinilai kurang menguntungkan bagi ekonomi AS.
Trump juga menekankan peran ekonomi dalam hubungan AS dengan negara-negara kaya sumber daya, dan cenderung menegosiasikan ulang atau menarik dukungan dari aliansi internasional yang dianggap tidak langsung menguntungkan ekonomi AS. Secara keseluruhan, "America First" mencerminkan AS lebih memprioritaskan kesejahteraan ekonomi dan keamanan nasionalnya, bahkan jika itu berarti mengambil sikap unilateral atau menarik diri dari kewajiban internasional yang tidak dianggap membawa manfaat ekonomi langsung. Tinggal bagaimana Indonesia melihat reorientasi kebijakan Trump demi menjaga hubungan baik bilateral RI dan AS.
Langkah tegas Menkomdigi Meutya Hafid memberhentikan dengan tidak hormat terhadap 16 pegawai Komdigi yang terlibat 'perlindungan' situs judi online tentu patut diapresiasi…
Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Luar Negeri menjadi langkah penting dalam memperkuat ekonomi Indonesia melalui peningkatan kerjasama internasional yang mendukung…
Presiden Prabowo Subianto kini tengah memimpin Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk mewujudkan pemerataan ekonomi. Salah satu sasaran dalam kepemimpinannya…
Langkah tegas Menkomdigi Meutya Hafid memberhentikan dengan tidak hormat terhadap 16 pegawai Komdigi yang terlibat 'perlindungan' situs judi online tentu patut diapresiasi…
Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Luar Negeri menjadi langkah penting dalam memperkuat ekonomi Indonesia melalui peningkatan kerjasama internasional yang mendukung…
Presiden Prabowo Subianto kini tengah memimpin Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk mewujudkan pemerataan ekonomi. Salah satu sasaran dalam kepemimpinannya…