Kuartal I-2025, Realisasi Investasi Ekraf Capai 31,7 Persen

NERACA

Jakarta – Pemerintah mencatat progres realisasi investasi sektor ekonomi kreatif (ekraf) Indonesia pada kuartal I tahun 2025 sudah mencapai Rp43,2 triliun atau 31,7 persen dari target tahunan sebesar Rp136,28 triliun.

Pada kuartal I 2025, realisasi investasi dari 69.152 proyek yang memberikan laporan kegiatan penanaman modal (LKPM) mencapai nilai Rp43,2 triliun, berdasarkan data Kementerian Investasi dan Hilirisasi. Angka capaian tersebut berdasarkan acuan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2020, yang mencakup 238 kode KBLI sektor ekonomi kreatif (ekraf)

Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya di Jakarta, Selasa, menegaskan bahwa seluruh peran, program, dan kegiatan kementerian harus diarahkan untuk menjadikan ekonomi kreatif sebagai penggerak utama pertumbuhan nasional.

“Bekerjalah dengan semangat kolaboratif, rasa tanggung jawab yang tinggi, dan keberanian mengambil lompatan. Ekonomi kreatif harus menjadi mesin ekonomi baru Indonesia,” kata Riefky, mengutip laman Antara.

Salah satu dampak positif dari kehadiran Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) adalah peningkatan realisasi investasi sektor ekonomi kreatif.

Berdasarkan penghitungan Direktorat Data dan Informasi Kementerian Investasi dan Hilirisasi dengan menggunakan lima kode KLBI sektor ekraf, tercatat realisasi investasi ekonomi kreatif pada 2024 sebesar Rp162,6 miliar, naik signifikan dari tahun sebelumnya sebesar Rp99,5 miliar. Peningkatan tertinggi terjadi pada kuartal IV 2024 dengan nilai Rp52,1 miliar.

Realisasi investasi ekraf pada 2024 tersebut dihitung menggunakan lima KBLI utama sektor ekonomi kreatif yakni 74130 (aktivitas desain grafis/DKV), 74141 (desain untuk film, video, animasi, dan komik), 74142 (desain konten permainan digital), 74149 (desain konten kreatif lainnya), dan 74201 (aktivitas fotografi).

Riefky menekankan pentingnya penguatan peran Kemenekraf melalui pemanfaatan data sebagai dasar kebijakan, serta kurasi program yang tepat sasaran. Selain itu, dia menyoroti perlunya sinergi lintas sektor untuk menjawab tantangan industri.

“Ini adalah titik awal penguatan jejaring, khususnya di daerah yang telah memiliki nomenklatur kelembagaan ekraf. Saat ini, delapan provinsi telah memiliki dinas dengan nomenklatur ekraf dan 14 provinsi yang sedang berkoordinasi dalam rangka penguatan kelembagaan ekraf atau pembentukan Dinas Ekraf,” ujar Riefky.

Sebelumya, Riefky menjelaskan bahwa potensi ekonomi kreatif tersebar di seluruh daerah Indonesia dan harus dikembangkan sebagai tulang punggung ekonomi daerah. Oleh karena itu, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi kreatif mencapai delapan persen hingga 2029, dengan menciptakan ruang dan peluang investasi yang lebih luas.

Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai delapan persen, dengan ekonomi kreatif (ekraf) sebagai salah satu pilar utama.

Wakil Ketua MPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas menegaskan pentingnya pemberdayaan kaum muda melalui sektor ini karena berperan sebagai mesin pertumbuhan baru.

“Ekonomi kreatif memiliki peran strategis sebagai new engine of growth dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi delapan persen yang dicanangkan Presiden Prabowo,” ujar Ibas.

Kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) meningkat dari Rp500 triliun menjadi Rp1.400 triliun serta menyerap sekitar 27 juta tenaga kerja.

“Ekonomi kreatif (ekraf) bukan hanya menjadi pilar pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi juga memiliki daya saing global. Terbukti, nilai ekspor sektor ini mencapai 12,36 miliar dolar. Generasi milenial dan Gen Z adalah aktor utama dalam pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia,” tambah Ibas.

Selain sebagai penyumbang pertumbuhan ekonomi, ekonomi kreatif juga berperan dalam peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja, serta memperkuat keberagaman budaya dan kualitas masyarakat. Ibas pun mengajak generasi muda untuk fokus dan konsisten dalam mengembangkan potensinya.

“Kita harus memiliki mimpi besar agar ekonomi kreatif Indonesia semakin mendunia. Tantangan pasti ada, seperti fenomena fear of missing out (FOMO) yang membuat anak muda kehilangan fokus. Sebaliknya, kita perlu menerapkan konsep you only need one (YONO) – fokus pada satu bidang dan tekuni hingga menjadi ahli,” kata Ibas.

 

BERITA TERKAIT

Stakeholder Didorong Intensifikasi dan Ekstensifikasi

NERACA Surabaya - Menteri Pertanian,  Andi Amran Sulaiman mendorong seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) di sektor perkebunan khususnya tebu untuk bergerak…

Praktik IUUF Sejak 2020, Selamatkan Kerugian Negara Rp13 T

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyampaikan bahwa pemberantasan terhadap kegiatan penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan dan tidak…

Indonesia dan Jepoang Mou Sebesar USD 200,8 Juta

NERACA Osaka – Wakil Menteri Perdagangan RI Dyah Roro Esti Widya Putri didampingi Direktur Jenderal  Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Fajarini…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Stakeholder Didorong Intensifikasi dan Ekstensifikasi

NERACA Surabaya - Menteri Pertanian,  Andi Amran Sulaiman mendorong seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) di sektor perkebunan khususnya tebu untuk bergerak…

Praktik IUUF Sejak 2020, Selamatkan Kerugian Negara Rp13 T

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyampaikan bahwa pemberantasan terhadap kegiatan penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan dan tidak…

Indonesia dan Jepoang Mou Sebesar USD 200,8 Juta

NERACA Osaka – Wakil Menteri Perdagangan RI Dyah Roro Esti Widya Putri didampingi Direktur Jenderal  Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Fajarini…