Surplus Neraca Perdagangan Sebagai Langkah Positif Ekonomi Nasional

Surplus Neraca Perdagangan Sebagai Langkah Positif Ekonomi Nasional
Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus signifikan pada Maret 2025, mencapai USD4,33 miliar. Surplus ini menjadi indikator positif bagi perekonomian nasional di tengah dinamika perdagangan global. Sementara itu, Amerika Serikat (AS) tercatat sebagai negara penyumbang surplus terbesar, dengan nilai mencapai US$ 1,9 miliar.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa selama kuartal I-2025 (Januari–Maret), Indonesia mencatatkan surplus perdagangan dengan AS sebesar USD4,32 miliar. Ekspor Indonesia ke AS mencapai USD7,3 miliar, sementara impornya tercatat sebesar USD2,98 miliar.
“Selama Januari hingga Maret 2025 nilai ekspor empat komoditas ini mengalami peningkatan yang relatif baik dibandingkan tahun lalu,” ujar Amalia.
Empat komoditas utama yang mendorong surplus ekspor ke AS antara lain mesin dan perlengkapan elektrik, alas kaki, pakaian dan aksesoris rajutan, serta bukan rajutan. Komoditas mesin dan perlengkapan elektrik menyumbang nilai ekspor sebesar USD1,2 miliar atau 16,71 persen dari total ekspor ke AS, dengan pertumbuhan 17,65 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Nilai ekspor alas kaki mencapai USD657,9 juta atau 9,01persen dari total ekspor ke AS, tumbuh 16,62 persen.
“Untuk alas kaki ekspor kita ke Amerika Serikat memberikan pangsa sebesar 34,16% dari total ekspor alas kaki, yang kemudian disusul negara kedua terbesar ekspor alas kaki dari Indonesia adalah ke Belanda, Belgia, Jepang, dan China,” tutur Amalia.
Ekspor pakaian dan aksesoris rajutan tercatat sebesar USD629,25 juta (8,61 persen) dengan pertumbuhan 20,46 persen.
“Dari seluruh ekspor pakaian dan aksesorisnya (rajutan) pangsa ekspor kita ke AS adalah yang tertinggi yaitu sebesar 63,4% disusul ekspor barang yang sama ke Jepang dan Korea Selatan,” ujar Amalia.
Sementara itu, ekspor pakaian bukan rajutan tercatat sebesar USD568,46 juta (7,78 persen) dengan pertumbuhan 1,47 persen.
“Untuk pakaian dan aksesoris yang bukan rajutan dimana pangsa pasar ekspor Indonesia ke Amerika Serikat adalah sebesar 42,96 persen, disusul Jepang, dan Korea Selatan,” terang Amalia.
Selain AS, Indonesia juga membukukan surplus perdagangan dengan India (USD1,04 miliar) dan Filipina (USD714,7 juta) pada Maret 2025. Surplus dari India terutama didorong oleh ekspor bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani/nabati, serta besi dan baja. Sementara itu, surplus dari Filipina ditopang oleh ekspor kendaraan, bahan bakar mineral, serta minyak hewani/nabati.
Surplus perdagangan ini menjadi penopang penting bagi stabilitas eksternal Indonesia serta memberikan ruang lebih dalam menjaga ketahanan sektor riil. Kendati masih ada tantangan dari negara mitra dengan defisit tinggi, tren positif ekspor ke sejumlah negara besar menunjukkan daya saing produk Indonesia terus menguat.
Lebih lanjut, 
Februari 2025, total nilai ekspor Indonesia mencapai USD 1,98 miliar. Nilai ini naik 2,58  persen dibandingkan bulan sebelumnya (MoM) dan naik 14,05 persen dibanding Februari 2024  (YoY).  
Peningkatan ekspor tersebut disebabkan adanya kenaikan ekspor nonmigas sebesar 2,29 persen dan migas sebesar 8,25 persen (MoM). 
“Pada Februari 2025, kontribusi ekspor sektor industri Indonesia tertinggi dibandingkan sektor yang lain. Pangsa ekspor sektor industri mencapai 84,69 persen, lebih tinggi dibandingkan Januari 2025 sebesar 83,97 persen dari nilai ekspor nonmigas,” ungkap Menteri Perdagangan Budi Santoso.  
Sektor pertambangan dan lainnya berkontribusi sebesar 12,60 persen dan pertanian sebesar 2,71 persen. Peningkatan ekspor nonmigas pada Februari 2025 secara bulanan terjadi karena   adanya peningkatan ekspor sektor industri sebesar 3,17 persen dan sektor pertanian sebesar 3,06 persen (MoM). Sedangkan, ekspor sektor pertambangan dan lainnya turun sebesar 3,41 persen (MoM) akibat penurunan ekspor batu bara. 
Beberapa produk utama ekspor sektor industri dengan kenaikan tertinggi pada Februari 2025 di antaranya mesin dan peralatan mekanis (HS 84) yang naik 37,85 persen; lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) 37,04 persen; berbagai makanan olahan (HS 21) 20,30 persen; logam mulia, perhiasan/permata (HS 71) 16,45 persen; serta barang dari kulit samak (HS 42) 15,66 persen (MoM).
Pada Februari 2025, Tiongkok, Amerika Serikat (AS), dan India masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia dengan nilai ekspor sebesar USD8,29 miliar dan pangsa ketiga negara tersebut sebesar 39,79 persen terhadap ekspor nonmigas nasional.  

NERACA

Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus signifikan pada Maret 2025, mencapai USD4,33 miliar. Surplus ini menjadi indikator positif bagi perekonomian nasional di tengah dinamika perdagangan global. Sementara itu, Amerika Serikat (AS) tercatat sebagai negara penyumbang surplus terbesar, dengan nilai mencapai US$ 1,9 miliar.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa selama kuartal I-2025 (Januari–Maret), Indonesia mencatatkan surplus perdagangan dengan AS sebesar USD4,32 miliar. Ekspor Indonesia ke AS mencapai USD7,3 miliar, sementara impornya tercatat sebesar USD2,98 miliar.

“Selama Januari hingga Maret 2025 nilai ekspor empat komoditas ini mengalami peningkatan yang relatif baik dibandingkan tahun lalu,” ujar Amalia.

Empat komoditas utama yang mendorong surplus ekspor ke AS antara lain mesin dan perlengkapan elektrik, alas kaki, pakaian dan aksesoris rajutan, serta bukan rajutan. Komoditas mesin dan perlengkapan elektrik menyumbang nilai ekspor sebesar USD1,2 miliar atau 16,71 persen dari total ekspor ke AS, dengan pertumbuhan 17,65 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Nilai ekspor alas kaki mencapai USD657,9 juta atau 9,01persen dari total ekspor ke AS, tumbuh 16,62 persen.

“Untuk alas kaki ekspor kita ke Amerika Serikat memberikan pangsa sebesar 34,16% dari total ekspor alas kaki, yang kemudian disusul negara kedua terbesar ekspor alas kaki dari Indonesia adalah ke Belanda, Belgia, Jepang, dan China,” tutur Amalia.

Ekspor pakaian dan aksesoris rajutan tercatat sebesar USD629,25 juta (8,61 persen) dengan pertumbuhan 20,46 persen.

“Dari seluruh ekspor pakaian dan aksesorisnya (rajutan) pangsa ekspor kita ke AS adalah yang tertinggi yaitu sebesar 63,4% disusul ekspor barang yang sama ke Jepang dan Korea Selatan,” ujar Amalia.

Sementara itu, ekspor pakaian bukan rajutan tercatat sebesar USD568,46 juta (7,78 persen) dengan pertumbuhan 1,47 persen.

“Untuk pakaian dan aksesoris yang bukan rajutan dimana pangsa pasar ekspor Indonesia ke Amerika Serikat adalah sebesar 42,96 persen, disusul Jepang, dan Korea Selatan,” terang Amalia.

 

Selain AS, Indonesia juga membukukan surplus perdagangan dengan India (USD1,04 miliar) dan Filipina (USD714,7 juta) pada Maret 2025. Surplus dari India terutama didorong oleh ekspor bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani/nabati, serta besi dan baja. Sementara itu, surplus dari Filipina ditopang oleh ekspor kendaraan, bahan bakar mineral, serta minyak hewani/nabati.

Surplus perdagangan ini menjadi penopang penting bagi stabilitas eksternal Indonesia serta memberikan ruang lebih dalam menjaga ketahanan sektor riil. Kendati masih ada tantangan dari negara mitra dengan defisit tinggi, tren positif ekspor ke sejumlah negara besar menunjukkan daya saing produk Indonesia terus menguat.

Lebih lanjut, 

Februari 2025, total nilai ekspor Indonesia mencapai USD 1,98 miliar. Nilai ini naik 2,58  persen dibandingkan bulan sebelumnya (MoM) dan naik 14,05 persen dibanding Februari 2024  (YoY).  

Peningkatan ekspor tersebut disebabkan adanya kenaikan ekspor nonmigas sebesar 2,29 persen dan migas sebesar 8,25 persen (MoM). 

“Pada Februari 2025, kontribusi ekspor sektor industri Indonesia tertinggi dibandingkan sektor yang lain. Pangsa ekspor sektor industri mencapai 84,69 persen, lebih tinggi dibandingkan Januari 2025 sebesar 83,97 persen dari nilai ekspor nonmigas,” ungkap Menteri Perdagangan Budi Santoso.  

Sektor pertambangan dan lainnya berkontribusi sebesar 12,60 persen dan pertanian sebesar 2,71 persen. Peningkatan ekspor nonmigas pada Februari 2025 secara bulanan terjadi karena   adanya peningkatan ekspor sektor industri sebesar 3,17 persen dan sektor pertanian sebesar 3,06 persen (MoM). Sedangkan, ekspor sektor pertambangan dan lainnya turun sebesar 3,41 persen (MoM) akibat penurunan ekspor batu bara. 

Beberapa produk utama ekspor sektor industri dengan kenaikan tertinggi pada Februari 2025 di antaranya mesin dan peralatan mekanis (HS 84) yang naik 37,85 persen; lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) 37,04 persen; berbagai makanan olahan (HS 21) 20,30 persen; logam mulia, perhiasan/permata (HS 71) 16,45 persen; serta barang dari kulit samak (HS 42) 15,66 persen (MoM).

Pada Februari 2025, Tiongkok, Amerika Serikat (AS), dan India masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia dengan nilai ekspor sebesar USD8,29 miliar dan pangsa ketiga negara tersebut sebesar 39,79 persen terhadap ekspor nonmigas nasional.  

BERITA TERKAIT

Ini Dia Kinerja Pertamina tahun 2024 dan Strategi Operasi 2025

Ini Dia Kinerja Pertamina tahun 2024 dan Strategi Operasi 2025 Jakarta - Sepanjang 2024, Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina mencatat…

Industri Wastra Indonesia Makin Diminati Konsumen Lokal dan Internasional

Industri Wastra Indonesia Makin Diminati Konsumen Lokal dan Internasional Jakarta – Industri wastra Indonesia berpotensi untuk terus tumbuh dan semakin…

Industri Farmasi Terus Diperuat

Industri Farmasi Terus Diperuat Jakarta – Industri obat bahan alam (OBA) Indonesia masih mencatatkan kinerja yang baik di tengah gejolak…

BERITA LAINNYA DI Industri

Ini Dia Kinerja Pertamina tahun 2024 dan Strategi Operasi 2025

Ini Dia Kinerja Pertamina tahun 2024 dan Strategi Operasi 2025 Jakarta - Sepanjang 2024, Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina mencatat…

Industri Wastra Indonesia Makin Diminati Konsumen Lokal dan Internasional

Industri Wastra Indonesia Makin Diminati Konsumen Lokal dan Internasional Jakarta – Industri wastra Indonesia berpotensi untuk terus tumbuh dan semakin…

Industri Farmasi Terus Diperuat

Industri Farmasi Terus Diperuat Jakarta – Industri obat bahan alam (OBA) Indonesia masih mencatatkan kinerja yang baik di tengah gejolak…