NERACA
Bandung - Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengharapkan peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 2025 yang dihadiri oleh perwakilan 17 negara-negara Uni Afrika, memotivasi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika tentang pentingnya kemandirian.
"Peringatan ini mengenang kembali bahwa Bandung pernah menjadi ibu kota Asia Afrika. Tentu kita harapkan Bandung Spirit ini jadi motivasi bagi bangsa-bangsa di Asia-Afrika soal pentingnya kemandirian, tentu dalam konteks kekinian ya mandiri, merdeka di bidang ekonomi, sosial budaya, dan sebagainya," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman di Kawasan Jalan Asia Afrika Bandung, Rabu (23/4).
Herman juga menyebut pihaknya mengharapkan Bandung Spirit ini memacu Bandung dan warganya untuk berbenah agar lebih sejahtera masyarakatnya dan tentu menjadikan kota ini sebagai destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan mancanegara, dan wisatawan domestik.
Oleh karena itu, kata dia, Bandung yang pernah terkenal dengan Paris Van Java atau Parisnya Jawa, harus bisa dirasakan kembali saat ini.
"Mudah-mudahan Bandung Spirit ini akan menginspirasi Kota Bandung untuk berbenah lebih optimal lagi, masalah sampah, masalah transportasi dan lain sebagainya saya kira banyak PR-nya. Lebih jauh, Bandung Spirit bisa menginspirasi Jawa Barat, menginspirasi Indonesia, dan menginspirasi bangsa-bangsa Asia Afrika," ucapnya.
Ia mengakui peringatan KAA tahun 2025 ini tidak ada kemeriahan yang besar, mengingat pemerintahan saat ini tengah melakukan efisiensi dan realokasi anggaran sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat.
Namun, Herman mengatakan peringatan KAA ke-70 ini walau dilaksanakan secara sederhana, tetapi penuh makna guna mengenang dan menjaga Bandung Spirit tetap menyala.
"Makanya salah satu kegiatan nanti akan dilaksanakan Historical Work, perjalanan historis dari Hotel Savoy Homan ke Gedung Merdeka bersama para duta besar negara-negara Uni Afrika. Mudah-mudahan mengenang kembali ini sembari mengambil spiritnya, bukan hanya sebatas mengenang yang harus kita jaga adalah spirit Bandung atau Bandung spirit harus tetap menyala," tutur dia.
Sebagai informasi dari berbagai sumber, pertemuan perdamaian dunia pernah diadakan di Gedung Merdeka, Bandung, pada 18-24 April 1955 atau biasa dikenal Konferensi Asia Afrika (KAA) yang memberikan dampak signifikan terhadap politik global.
Konferensi ini dipimpin oleh P.M. Ali Sastroamijoyo dan dibuka oleh Presiden Soekarno. Sebanyak 29 dari 30 negara di kawasan Asia-Afrika datang ke pertemuan ini. Afrika Tengah (Rhodesia) saat itu absen karena situasi di negaranya belum stabil.
Gagasan pertemuan negara-negara Asia-Afrika diajukan oleh Indonesia setelah Konferensi Kolombo pada 28 April 1954. Meskipun beberapa peserta awalnya ragu, akhirnya mereka menyetujui ide tersebut.
Hal ini sebagai inisiatif untuk meredakan ketegangan dalam menyikapi situasi masa Perang Dingin, di mana Amerika Serikat dan Uni Soviet saling berhadapan sebagai dua kekuatan adidaya.
Indonesia memainkan peran penting dalam penyelenggaraan KAA, sebuah forum yang menjadi tonggak penting dalam sejarah diplomasi global.
Tujuan KAA, adalah memajukan kerja sama antarbangsa, membahas persoalan ekonomi, sosial, dan budaya, mencari penyelesaian bagi masalah kedaulatan nasionalisme dan kolonialisme, serta memperkuat kedudukan Asia-Afrika dalam usaha perdamaian dunia.
Konferensi ini menghasilkan 'Dasasila Bandung' atau 'The Ten Principles', yang mencerminkan prinsip-prinsip hak asasi manusia, kedaulatan bangsa, dan perdamaian dunia. Konferensi ini meningkatkan citra Indonesia di mata dunia internasional, terutama di kalangan bangsa Asia dan Afrika yang mendambakan kemerdekaan dan perdamaian.
Dasasila Bandung dianggap sebagai akhir dari era penjajahan dan kekerasan, serta menimbulkan perubahan dalam struktur badan internasional seperti PBB. Konferensi ini juga memunculkan semangat solidaritas di antara negara-negara Asia dan Afrika.
Dalam konteks ekonomi global, KAA menekankan perlunya negara-negara berkembang saling membantu dan mengurangi ketergantungan pada negara-negara industri terkemuka.
Komunike akhir KAA menyoroti pentingnya bantuan teknis antar negara berkembang, pertukaran pengetahuan teknologi, dan pembentukan lembaga pelatihan dan penelitian regional. Ant
NERACA Jayapura – Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda) dan Bank Papua menggelar Seminar Nasional bertajuk “Implementasi Elektronifikasi Transaksi Melalui Aplikasi…
NERACA Jakarta - PT Permodalan Nasional Madani (PNM) menerima kunjungan Delegasi ZEEA Zanzibar dalam rangka kegiatan benchmarking pemberdayaan ekonomi berbasis…
NERACA Jakarta - Siti Rofiah, 42, seorang perempuan tangguh asal Desa Tembalang, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, merupakan pengusaha jamu tradisional…
NERACA Jakarta - PT Permodalan Nasional Madani (PNM) menerima kunjungan Delegasi ZEEA Zanzibar dalam rangka kegiatan benchmarking pemberdayaan ekonomi berbasis…
NERACA Jakarta - Siti Rofiah, 42, seorang perempuan tangguh asal Desa Tembalang, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, merupakan pengusaha jamu tradisional…
NERACA Sukabumi - Terjadinya musim pancaroba saat ini, sejumlah Bahan Pokok Penting (Bapokting) yang ada di Pasar Tradisional Kota Sukabumi…