Judi Daring Penyebab Penurunan Produktivitas dan Kesejahteraan Keluarga

 

NERACA

Jakarta-Fenomena Judi Daring di Indonesia kini bukan sekadar isu hukum, melainkan juga ancaman serius terhadap stabilitas sosial dan kesejahteraan keluarga.

Pengamat Kebijakan Publik dan CEO Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat, menyatakan bahwa aktivitas ilegal ini lebih banyak merugikan masyarakat daripada menguntungkan negara.

“Keuntungan besar dari aktivitas ini hanya dinikmati oleh para bandar yang belum juga tersentuh hukum. Sementara masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah, harus menanggung dampaknya,” ujar Achmad.  Ia menyebut bahwa 80 persen dari 4,4 juta pelaku Judi Daring berasal dari kelompok ekonomi rentan.

Menurutnya, uang yang seharusnya dialokasikan untuk kebutuhan pokok, pendidikan, atau investasi keluarga, justru mengalir ke luar negeri melalui platform asing.  “Judi Daring menyebabkan kebocoran devisa dan memperburuk ketimpangan ekonomi. Daya beli masyarakat pun menurun drastis,” katanya.

Tak hanya ekonomi, stabilitas rumah tangga juga terdampak. Banyak keluarga terjebak dalam utang karena anggota keluarganya kecanduan judi.  “Hal ini berdampak pada produktivitas kerja, menyebabkan absensi, konflik internal perusahaan, bahkan meningkatkan kredit macet di sektor perbankan,” tambah Achmad.

Dari sisi psikologis, Ratih Ibrahim menekankan pentingnya peran keluarga dalam proses pemulihan korban. “Keluarga itu sangat kuat. Mendengarkan tanpa menghakimi, memberi semangat, tapi juga tetap tegas adalah kunci,” ungkapnya.

Ia menyarankan agar keluarga juga mengambil peran dalam mengelola keuangan korban dan mengalihkan perhatian mereka ke aktivitas positif seperti olahraga atau kegiatan sosial.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia, Nael Sumampouw, menyebut Judi Daring sebagai isu kesehatan global. “Dampaknya setara dengan narkoba dan alkohol. Apalagi bentuknya yang menyamar sebagai game membuat anak muda mudah terjebak,” jelasnya.

Nael menambahkan bahwa Judi Daring memicu ketergantungan psikologis yang berbahaya, seperti gambler’s fallacy, dan menyebabkan perasaan tidak berdaya atau learned helplessness. “Anak muda kehilangan harapan dan merasa hidupnya tidak lagi berarti. Ini bahaya yang nyata,” tegasnya.

Ketiganya sepakat bahwa untuk memerangi Judi Daring, diperlukan penegakan hukum yang tegas, literasi digital, dan penyediaan layanan rehabilitasi psikologis yang mudah diakses masyarakat. mohar

BERITA TERKAIT

Hadirkan Akses Digital di Sekolah, KAI Logistik Wujudkan Pendidikan Berbasis Teknologi

NERACA Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional dan momentum Hari Kebangkitan Nasional, PT Kereta Api Logistik (KAI Logistik)…

Pemerintah Perkuat Ketahanan Pangan Papua Lewat Perluasan Lahan dan Sinergi Distribusi

  NERACA Papua - Pemerintah terus menjalankan berbagai program dan langkah strategis untuk memperkuat ketahanan pangan di Papua. Upaya ini…

Sinergitas KPK dan Pemerintah Jamin Akuntabilitas Koperasi Desa Merah Putih

  NERACA Jakarta — Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) terus mengawal akuntabilitas dalam pelaksanaan program strategis nasional…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Hadirkan Akses Digital di Sekolah, KAI Logistik Wujudkan Pendidikan Berbasis Teknologi

NERACA Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional dan momentum Hari Kebangkitan Nasional, PT Kereta Api Logistik (KAI Logistik)…

Pemerintah Perkuat Ketahanan Pangan Papua Lewat Perluasan Lahan dan Sinergi Distribusi

  NERACA Papua - Pemerintah terus menjalankan berbagai program dan langkah strategis untuk memperkuat ketahanan pangan di Papua. Upaya ini…

Sinergitas KPK dan Pemerintah Jamin Akuntabilitas Koperasi Desa Merah Putih

  NERACA Jakarta — Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) terus mengawal akuntabilitas dalam pelaksanaan program strategis nasional…